A. PENDAHULUAN
Jika dilihat dari diagram
keseimbangan panas, menunjukkan tidak sepenuhnya energi termis yang dihasilkan
dari proses pembakaran dapat dijadikan energi efektif. Hanya sekitar 23% panas
yang dapat dimanfaatkan sedangkan sekitar 75% merupakan kerugian-kerugian (Loss Of Power) di antaranya :
>
Kerugian panas karena pendinginan sebesar 32%.
>
Kerugian panas melalui gas buang 34%.
>
Kerugian panas untuk menggerakkan mekanisme mesin sebesar 6%.
>
Kerugian panas karena proses pemompaan oleh torak sebesar 3%.
Diihat
dan segi kehilangan panas merupakan suatu kerugian daya yang akan memperkecil
daya suatu motor, akan tetapi jika kehilangan panas ini sangat kecil terutama
untuk proses pendinginan akan mengakibatkan mesin terlalu panas (over heating), tentunya akan merusak komponen-komponen
mesin sehingga operasi mesin tidak normal akibat terjadi proses pemuaian
komponen.
Gambar 7.1. Keseimbangan Panas
Secara umum fungsi minyak pelumas
adalah :
> Mengurangi
gesekan.
> Mendinginkan permukaan yang menjadi panas karena
pembakaran bahan bakar dan karena gesekan
dalam bantalan.
> Merapatkan
poros dalam bantalan.
> Meredam
suara untuk mengurangi suara motor.
> Bahan
pembersih untuk mencuci kotoran.
Adapun
bagian-bagian yang memerlukan pelumasan adalah :
> Dinding silinder dan torak > Bantalan poros engkol
> Pena
torak
> Bantalan poros cam Mekanisme katup
> Komponen
lain seperti: kipas angin, pompa air, mekanisme pengapian. dsb.
B. MINYAK PELUMAS
Minyak pelumas merupakan senyawa kimia yang dibuat baik melalui sulingan
atau hasil pengolahan residu. Pada proses
penyulingan minyak pelumas dilakukan pada temperatur rendah dan destilasi uap,
selanjutnya pencampuran dengan kapur.
C. KEKENTALAN MINYAK PELUMAS (VISKOSITAS)
Untuk mencegah terjadinya keausan
pada permukaan yang bergesekan kekentalan minyak pelumas disesuaikan dengan beban kerja motor
dan fungsinya. Minyak pelumas yang terlalu kental sukar mengalir melalui
salurannya. Kekentalan minyak pelumas diatur berdasarkan standar internasional,
yaitu : Society of
automotive Enginers (SAE). Kekentalan minyak pelumas tersebut biasanya
diuji pada temperatur 210o F dan dinyatakan dengan bilangan SAE.
Pada proses penomorannya ada yang menggunakan
huruf W yang menunjukkan pelumas dipakai
pada daerah yang mengalami musim salju. Jenis pelumas yang dapat dipakai pada
berbagai tempat biasanya diberi tanda rangkap seperti SAE 20/40 yang artinya pada
musim panas kekentalannya SAE 20 sedangkan pada musim salju kekentalannya SAE
40.
D. BAHAN TAMBAH PADA MINYAK PELUMAS
Bahan tambah untuk meningkatkan
kualitas dan performa minyak pelumas sesuai dengan standar yang diinginkan. Adapun
bahan tambah yang digunakan pada minyak pelumas adalah :
1. Corrosion inhibitor, yaitu
untuk melindungi logam dan reaksi korosi.
2. Ditergents, yaitu untuk mencegah terjadinya endapan pada
suhu tinggi.
3. Anti oxsidants, yaitu untuk mengurangi oxsidasi minyak
pelumas dan bahan kimia.
4. Dispersant, yaitu untuk mendepres lumpur pada komponen
maupun minyak pelumas.
5. Exstreme pressure,
yaitu untuk mencegah kerusakan akibat sentuhan logam dengan logam dan bahan
kimia yang digunakan.
6. Pour point depressant,
yaitu untuk mencegah terjadinya kristalisasi parafin pada suhu rendah dan bahan kimia yang
digunakan.
7. Viskosity index improvers,
yaitu agar viskositas minyak pelumas tidak terpengaruh oleh suhu.
E. KODE PELUMAS YANG DIPAKAI DI INDONESIA
Cara pemberian kode pada minyak
pelumas sebagai berikut :
>
Angka romawi menunjukkan kegunaannya secara kasar.
> Kode
kumpulan huruf menunjukkan wujud minyak.
>
Kode kumpulan angka menunjukkan kekentalan.
Jika
dilihat dari kegunaannya dalam mesin maka minyak pelumas diatur sebagai
benikut:
I = Minyak
sirkulasi untuk loger, turbine dan minyak hydrolik.
II = Minyak pelumas untuk motor-motor diesel putaran
rendah.
III = Minyak saduran untuk longer (mesin uap
torak, poros, krup)
IV = Minyak numeni untuk selinder uap.
VI = Minyak saduran untuk selinder uap.
VII = Minyak saduran untuk kompresor dan perkakas-perkakas
yang digerakkan dengan
udara yang
dimampatkan.
VIII =
Minyak pelumas uñtuk motor-motor diesel type beban berat (heavy duty).
F. KUALITAS MINYAK PELUMAS
Klasifikasi minyak pelumas
berdasarkan kualitas ditentukan oleh banyaknya zat pembubuh yang ditambahkan
pada pelumas sesuai dengan kegunaannya. Klasifikasi minyak pelumas menurut API
seperti tabel di bawah.
Minyak pelumas untuk roda gigi
disesuaikan dengan fungsi serta sifat yang diperlukan roda gigi. Biasanya
pemakaian minyak pelumas untuk roda gigi sifat viskositasnya tinggi.
Tabel 7.1. Klasifikasi Minyak Pelumas
Baru Lama Keterangan
SA ML Tanpa zat pembubuh kecuali anti busa:
dipakai untuk
motor diesel ringan dan motor bensin.
SB MK
Diberi anti oksida untuk
motor bensin beban ringan.
SC MS Diberi zat pembubuh macam-macam untuk motor
bensin
kendaraan penumpang temperatur rendah.
SD
MS Diberi macam-macam zat pembu
buh untuk motor
bensin kendaraan berat (anti karat).
CA DG Diberi
zat pembubuh macam- macam untuk motor diesel
dengan bahan bakar berkadar belerang
rendah.
CB DM
Diberi zat pembubuh untuk
bahan bakar berkadar
belerang
tinggi.
CC DM
Pelumas tahan lumpur dengan
beban ringan.
CD
DS Pelumas mesin diesel beban sangat
berat.
GL-1 : Hasil
tambang murni, jarang dipakai pada kendaraan.
GL-2 : Untuk
Worm Gear, mengandung minyak binatang
dan tumbuh-tumbuhan.
GL-3 :Untuk Transmisi (Sistem power train)
bahan dasar dan minyak ini Straight Mineral Oil, mengandung EP (exstreme pressure).
GL-4 : Untuk
hipoid gear, kualitas lebih baik dari GL-3.
GL-5 : Untuk
hipoid gear yang mengandung EP lebih
baik, tahan beban kejut.
G. POMPA MINYAK PELUMAS
Untuk menyalurkan minyak pelumas ke
bagian komponen engine perlu adanya sistem pendistribusian pelumas dari bagian
satu ke bagian lain dengan menggunakan mekanisme pompa minyak. Pompa minyak
digerakkan oleh batang distributor atau sumbu gigi nok. Berdasarkan cara kerja
dan konstruksi pompa pelumas dibagi beberapa bagian diantaranya sebagai
berikut.
1. Model roda gigi (gear type pump)
Pompa ini
terdiri dan dua buah roda gigi yang digerakkan oleh sebuah poros yang
dihubungkan ke poros distributor penyalaan. Prinsip kerja pompa model roda gigi
ini adalah jika salah satu roda gigi berputar, akibat perkaitan gigi maka roda
gigi yang satu lagi akan berputar berlawanan arah. Minyak masuk ke dalam pompa
dan dibawa melalui pompa antara gigi roda dan rumah roda. Roda gigi digerakkan
oleh poros yang dihubungkan ke poros dan distributor. Minyak pelumas yang
terdapat antara celah roda gigi didesak keluar dari inlet ke
outlet.
Gambar 7.2. Pompa Minyak Model Roda Gigi
2. Model rotor (rotor type pump)
Model
ini dilengkapi mekanisme sistem
penggerak, yaitu drive rotor dan driven rotor. Drive rotor dipasang di sebelah
dalam driven rotor yang berfungsi menggerakkan drive rotor. Saat
drive rotor berputar maka driven rotor juga akan berputar. Minyak pelumas yang
terbawa putaran rotor menempati volume/ruang yang dibentuk antara rotor dan
driven rotor. Akibat putaran, volume/ruang akan berubah.ubah sehingga tekanan
akan terjadi dan minyak pelumas akan terbawa serta inlet keluar melalui outlet.
Gambar 7.3. Pompa Minyak Model Rotor
H.
PENGATURAN TEKANAN MINYAK PELUMAS
Mekanisme putaran roda gigi ataupun
rotor bekerja tergantung dari putaran mesin. Semakin tinggi putaran akan
semakin banyak pelumas yang dipompakan,
dan sebaliknya. Untuk mencegah penyaluran yang berlebihan pada pompa oli
dilengkapi sistem pengaturan tekanan. Pengaturan tekanan tersusun dari katup
dan pegas yang dipasang pada saluran minyak. Jika aliran minyak pelumas konstan
atau normal pada putaran mesin sedang maka katup pada saluran minyak akan
menutup dan minyak mengalir ke saluran oli. Jika putaran mesin tinggi berarti tekanan
pompa tinggi sehingga kelebihan minyak akan dialirkan kembali ke karter
sehingga aliran minyak ke saringan oli konstan.
Gambar
7.4. Pengaturan Tekanan Minyak