Twitter

Archive for Oktober 2013



A. KONSTRUKSI POROS ENGKOL
Poros engkol mempunyai satu atau lebih bagian eskentrik yang dinamai engkol dan terdiri dari pena engkol serta lengan engkol. Pada poros engkol terdiri dari crank journal dan didukung  bantalan utama crankcase main bearing yang juga merupakan pusat   putaran.  Pada   crankpin   terpasang    batang
 
Gambar  9.1. Konstruksi Poros Engkol
torak dan crank arm yang menghubungkan crank journal dan crankpin. Untuk mencapai keseimbangan (balance) pada putaran poros engkol dipasang balance weight.
           Bentuk poros engkol  ditentukan oleh banyaknya silinder dan urutan pengapian (F.O / Firing Order) suatu kendaraan. Untuk kendaraan dengan 4 silinder biasanya mempunyai urutan pengapian :1 - 3  -  4 - 2 atau 1 – 2  -  4  -  3. Pada kendaraan dengan 6 silinder biasanya :1  -  5  -  3  -  6  -  2  -  4 atau 1  -  4  -  2  -  6  -  3  - 5.

B. URUTAN PENYALAAN
         Lebih banyak jumlah silinder akan menghasilkan jarak antar penyalaan  lebih rapat. Susunan pena engkol beserta kam-kam mempunyai hubungan erat dengan urutan pengapian/penyalaan. Dengan urutan penyalaan yang baik, getaran dan goncangan motor  menjadi kecil. Dalam tiap siklus motor empat langkah terjadi satu langkah usaha/kerja tiap poros engkol berputar dua kali atau 2 x 360 d.e (derajat engkol). Jadi bila  jumlah silinder motor adalah z, maka proses kerja terjadi tiap :2 X 360     d.e.
                                                                                                                Z
Dengar cara yang sama, kerja/usaha pada motor dua Iangkah terjadi tiap :
                                                    1 X 360         d.e.
                                                         z
Maka pada motor empat silinder, proses kerja terjadi tiap :         2 X 360     = 180. d.e.
                                                                                                          4
Tiap poros engkol berputar 180 d.e., terjadi proses kerja pada salah satu silinder. Pada putaran engkol 180 d.e. berikutnya terjadi pula proses kerja pada silinder lainnya. Demikianlah seterusnya keempat silinder sudah menjalani proses kerja bila engkol telah menempuh sudut 2 x 360 d.e. atau dua putaran engkol.
          Urutan proses kerja tersebut dinamakan urutan penyalaan/pengapian (F.O). Misalnya, Suatu motor empat langkah mempunyai urutan pengapian 1-3-2-4. Artinya sesudah silinder no. 1 mengadakan proses kerja, segera disusul  silinder no. 3 kemudian disusul  silinder no. 2 dan akhirnya silinder no. 4. Sesudah silinder no. 4, maka silinder no. I  mengadakan proses kerja lagi, dan seterusnya.
          Setiap Iangkah torak memerlukan 180o d.e. Motor empat langkah  setelah satu silinder menyelesaikan proses kerja, silinder berikutnya akan melangsungkan  proses kerja dan motor yang demikian dikatakan mempunyai pengimpitan  tenaga nol. Contoh Iain   pada    motor    empat     langkah    enam   silinder  proses  kerja  akan  terjadi   tiap
2 X 360   =   120  d.e.   Sebab   tiap   dua  putaran  engkol  masing-masing  silinder  telah
         6
menyelesaikan satu siklus.  Jadi pengimpitan tenaga 180 — 120 = 60 de. Artinya 60 d.e. sebelum suatu silinder menyelesaikan proses kerjanya telah dilahirkan pula proses kerja pada silinder berikutnya.
           
1. Motor Empat Langkah Dua Silinder
                                                                        
    Tabel 9.1a. urutan penyalaan                                     Tabel 9.1b. urutan penyalaan
           
                 Urutan slndr      1    2                                     Urutan slndr      1    2
      Putaran                                                          Putaran
                                                        0o                                                                   0o
                                           E   K                                                               E    B
        Pertama                                  180O            Pertama                                     180O
                                           B   E                                                               B    I
                                                        360O                                                              360O
                                           I     B                                                               I     K
        Kedua                                     540º             Kedua                                        540O
                                           K    I                                                                K    E
                                                        720O                                                              720O

            DaIam tabel 9.1a diperlihatkan urutan penyalaan tiap dua putaran poros engkol. Kedua proses kerja terjadi pada putaran pertama dan  pada putaran kedua tidak ada Iangkah kerja, semuanya langkah percuma. Dalam tabel 9.1b tiap putaran dilahirkan satu proses kerja. Pada awal putaran pertama, terjadi proses kerja, pada akhir putaran kedua terjadi proses kerja dari silinder kedua. Jadi, untuk tiap putaran engkoi terjadi proses kerja. Urutan penyalaan kedua  Iebih baik daripada penyalaan pertama.

2. Motor Empat  Langkah Empat Silinder.

                      Tabel 9.2. urutan penyalaan  1 – 3 – 4 – 2


Satu putaran
Dua putaran
No. silndr

0o – 180o
180o – 360o
360o – 540o
540o – 720o
1
Kerja
Buang
Isap
Kompresi
2
Buang
Isap
Kompresi
Kerja
3
Kompresi
Kerja
Buang
Isap
4
Isap
Kompresi
Kerja
Buang


                       Tabel 9.3. urutan penyalaan  1 – 3 – 2 – 4


Satu putaran
Dua putaran

No. Silndr
0o – 180o
180o – 360o
360o – 540o
360o – 540o
1
Kerja
Buang
Isap
Kompresi
2
Isap
Kompresi
Kerja
Buang
3
Kompresi
Kerja
Buang
Isap
4
Buang
Isap
Kompresi
Kerja

              Dua kemungkinan urutan penyalaan motor empat langkah, yaitu 1—3—2—4 dan 1—3—4---2.  Yang umum dipakai ialah 1—3—4—2, karena  menghasilkan getaran dan goncangan yang relatif Iebih kecil. Dan diagram penyebaran siklus pada tabel 9.2 nampak bahwa proses kerja terjadi setiap 180 d.e. Jadi pengimpitan tenaganya nol d.e. Pada saat torak no. 1 bergerak menuju TMB dalam menyelesaikan proses kerjanya, torak no. 4 juga sedang bergerak ke TMB tetapi dalam proses pengisian, sementara itu torak no. 2 bergerak ke TMA dalam proses pembuangan dan torak no. 3 bergerak ke TMA dalam !angkah kompresi.
           Diagram penyebaran siklus (tabel 9.3) dengan urutan pengapaan 1-3-2-4 menunjukkan hahwa ketika torak no. 2 melakukan proses kompresi, torak no. 3 sedang melakukan proses kerja, torak no. 1 melakukan buang, dan no. 4 mengadakan pengisian.
Jadi pada motor empat Iangkah empat silinder, biarpun proses kerja terjadi berurutan, tekanan yang disalurkan ke poros engkol mengalami perubahan.

3. Motor Empat Langkah Enam Silinder
             Macam konstruksi poros engkolnya ditunjukkan pada gambar di bawah. Masing-rnasing jenis tersebut merupakan gabungan dua pasang poros engkol motor empat Iangkah tiga silinder. Sudut kisar sumbu pena engkol saling mengapit sudut 1200 terhadap pasangan sumbu pena engkol lain. Untuk konstruksi poros engkol tersehut pada gambar 7.2a, pena engkol 1-6, 2-5 dan 3-4 masing-masing terletak pada satu garis.
Gambar  9.2. Konstruksi pena engkol motor 4 tak 6 silinder
Untuk konstruksi poros engkol pada gambar 9.2b  pena engkol 1-6, 3-4 dan 2-5 masing-masing terletak pada satu garis. Jenis ini banyak dipakai pada kendaran-kendaraan bermotor yang mempunyai silinder sebaris. Urutan penyalaan pada umumnya adalah 1-5-3-6-2-4, karena susunan ini menghasilkan getaran paling kecil. Proses kerja terjadi setiap 2 X 360 = 120 d.e.
                  6
Jadi mempunyai pengimpitan tenaga sebesar 180 — 120 =  60 d.e.
         Diagram penyebaran siklus ditunjukkan pada tabel 9.4. Sebelum silinder no. 1 rnenyelesaikan  siklusnya, silinder no. 5 menyusul dan selanjutnya silinder no. 3. Pada saat silinder no. 1 sedang mengadakan Iangkah kerja silinder no. 6 sedang mengadakan langkah pengisian,  silinder no. 2 sedang mengadakan Iangkah pembuangan dan silinder no. 5 mengadakan kompresi. Sementara itu silinder no. 3 menyelesaikan langkah pengisian dan silinder no. 4 mengadakan langkah kerja terakhir.

        Tabel 9.4.  Penyebaran Siklus  F.O.  1 – 5 – 3 – 6 – 2 – 4
No.
Sil
0o – 180o
180o – 360o
360o – 540o
540o – 720o
1
Kerja
Buang
Isap
Kompresi
2
ang
Isap
Kompresi
Kerja
B u -
3
isap
Kompresi
Kerja
Buang
I  s  a  p
4
j a
Buang
Isap
Kompresi
K e r -
5
presi
Kerja
Buang
Isap
Kom-
6
Isap
Kompresi
Kerja
Buang














          Tabel 9.5.  Pengimpitan Tenaga F.O.  1 – 5 – 3 – 6 – 2 – 4
No.
Sil.
0o – 180o
180o – 360o
360o – 540o
540o – 720o
1
Kerja
Buang
Isap
Kompresi
5
presi
Kerja
Buang
Isap
Kom-
3
isap
Kompresi
Kerja
Buang
I s a p
6
Isap
Kompresi
Kerja
Buang
2
ang
Isap
Kompresi
Kerja
B u -
4
j a
Buang
Isap
Kompresi
K e r -